"Mahabbah Melangit"

Cerpen I
*Mahabbah yang Melangit"
Shofia El Mizan

Lihat Kang kurang setia apa Aku???"
Neng Khairiyah terus bergumam dan terus meneteskan Air mata. Kang Hasbi yang dicintainya ndak lulus-lulus sekola Diniyah. Sebenarnya kang Hasbi bukanlah Kang santri yg malas atau Sedikit slendro... 
santri lain pun tak memahami mengapa ia tak mau naik kelas tingkah Aliyah di Madrasah Diniyah milik Pesantren.
padahal, pesantren sudah gencar dengn berita neng Khairiyah dan Kang Hasbi. Kabarnya Kang Hasbi juga tidak memungkiri bhwa ua mencintai kepobakan Kyainya itu, tapi entahlah kang Hasbi itu penuh misteri, dia tertutup klo mslh percintaan...
Gus Ibad berlari meninggalkan Halmn pesantren dan memanggil Kang Hasbi d Koperasi pondok. "Kang ayo sampyn ikut aku.. koperasi d tutup saja, cepet, cepet..." Gus Ibad nggupuhi kang Hasby. " wonten Nopo Gus?"
"Sudah, Nanti saja, ayo cepet sekarang!" 
kamg Hasbi mengangguk dan mengikuti langkah Gus Ibad menuju Garasi Mobil d seblah koperasi.
"Kang, sampyan yg nyetir !!"
Kang Hasbi mengangguk dan mulai mengemudi mobilnya disertai perasaan yg berkecamuk. "Ada apa Gus ibad ini, ndak biasanya beliau seperti ini, Aneh sekali, kok buru-buru tho, batin kang Hasby dalam Hati.
setelah mobil sudah di pertigaan jalan Raya gus Ibad menunjukkan arah agar belok Ke Kanan. " Kita mw Kemana Gus?, Njngan kok keaeso, wonten Nopo?"
"Kita ke Rumah Sakit kang, Dik Khairiyyah sakit."
deg.. loh Baru saja kemarin Keponakan kyai Khudori menemui dirinya, kok skrang tiba" sakit. Apa gara" dirinya, sehingga Neng khairiyah jatuh sakit. "Sakit Npo Gus??
"Aku juga tadi di telfon Paklek Thohari, tadi malam pklek ke sini dan dik khoiriyh minta pulang ke Rumah sebentar, Rencananya hari ini dia di Lamar kyai Asnawi dari Kudus untuk putranya yang Ragil. ndak taw ini kok tiba" sakit"
Tak tau kenapa hatiku terasa sangat perih mendengar penjelasan Gus ibad yg panjang lebar, jadi neng Khairiyyah menemuinya kemarin memang akan ada seperti itu, tapi kenapa neng khairiyah ndak cerita. Mungkinkah dia menerima lamaran itu, apakah dia di Jodohkan. Aku sudah berjanji untuk melamarnya lebaran ini. Sebenarnya aq ndak punya keberanian untuk pulang ke rumah, Aku ndak sgera meluluskan sekolh karena aku takut Pulang. Ya Rabb.. Aku hrus bagaimana?? 
Abah yho pasti kaget.. aduh aku ndak taw apa yg hrus aku lakukan

Part 3*
Perasaan kang Hasby mulai ndak karuan, yang tw tentang dia dan neng Khairiyyah hanya Abahnya dan Ibu neng Khairiyyah. 
" Kang, Ayo ikut ke dalam, jangan nunggu di Mobil." 
 "Nggeh gus."
Gus ibad dengan langkah cemas menuju ruang ICU, dn kang Hasbi mengikuti dibelakangnya dengan perasaan yang ndak karuan, keruh, sumpek. 
kang hasbi Membatin, " Sakit apa NengQ ya Allah, duhai RabbQ ada apa sebenarnya? 
Gus ibad menemui Abah neng Khairiyyah dan mencium tangan mereka, "ada apa paklek, Dik Khaoriyyah kmaren terlihat masih sangat sehat, kok tiba-tiba sakit?
"Iya Gus, Adikmu ktika aq kabarin bahwa kyai Asnawi akan datang hari ini, dia langsung ndk mw kluar dri Kamar, dia kunci pintu kamarnya. Dia tidak mengatakan apapun, makan pun tidak, tdi pagi Ibunya menemuknnya pingsan di Tempat Sholat stelah aq ngimami di Masjid pesantren, Jantungnya Kumat, kyai Asnawi sdah ku Kabarin, Agar lamaran itu di Tunda dulu, tugasmu Gus untuk menemukan apa yang di simpan adikmu itu, taw swndirikan dia tertutup sekali dgan kami, sudah ayo pakai bajunya ini biar bisa masuk, kangnya mw ikut?" 
"Ngeh paklek, siap, Semoga dek Khairiyyah sgera sembuh. kang Hasbi jangan ikut nnti jadi Fitnah."
degg, Kang Hasbi sangat berharap melihat Wajah kekasihnya itu, meski sekejap. Gus ibad jahat sekali, masak aq hanya di ajak ke taman tanpa melihat bunganya. batin kang Hasbi. 
"Ngeh Gus".
"Ndak papa wes kang, ayo ganti pakaianmu kamu lihatnya jgan dekat", yang terpenting doakan dia."
"Alhamdulillaah...Ngeh Gus"
Gus Ibad hanya melemparkan senyum dan menarik tangan kang Hasby.
deg..deg..deg.. Hati Kang Hasby kok yho ndak karuan, ya Allah Neng Khairiyah terlihat sangat lemah tak perdaya, pernafasannya di Bantu dgan tabung pernafasan. Ya Allah ndak tega aq melihat Neng Khairiyyah hrus sperti ini, Batin Kang Hasby.
"Dik Khairiyyah, Gmna kondisinya?? ada apa adikQ sayang.. Jangan menangis."
ketika Neng Khairiyyah mengetahui bahwa yg dtang adalah kang Hasby dan kakaknya Gus Ibad. Ia tak Kuasa menahan tangis, Kenapa Kakak harus mengajak kang Hasby, aku tidak mau jika terlihat lemah di hadapan kang Hasby. Aku telah menyembunyikan penyakitku ini agar dia terap mencintaiku. Batin Neng Khairiyyah.
Neng Khairiyyah hanya menggelengkan kepala ketika gus Ibad melontarinya berbagai pertanyaan.
Part 4*
"Aku bersamamu dek, kamu ndak sendirian.." kata-kata itu terus terngiang" dibenak Neng Khairiyyah, kang Hasby mengucapkan kata itu sblum dia pergi menjenguknya dua hari yang lalu.
Kini Neng Khairiyyah ingin sgera Pulang, Ia tak bisa membayangkan jika harus berpisah dgan kang Hasby. Santri pakleknya itu telah memiliki Hatinya setelah 3 tahun ini. Tidak tau mengapa, Kang Hasby hanya terkesan Istimewa di Hatinya. Ia Ramah, Tawadlu', puny Kharismatik, Hanya saja dia diam dan sangat cuek. Meski kepada Neng Khairiyyah.
pernah suatu kali Neng Khairiyyah mencoba memintanya untuk Tidak bersikap cuek dan diam. Agar kang Hasbi tidak dianggap nyeleneh oleh teman2 santri. Namun, Kang Hasbi hanya nyeletuk " Neng kalo minta jangan aneh", yang terpenting njngan ttep kangen sama santrimu ini."
Neng Khairiyyah pun tak lagi memintanya lagi untuk bnyak berbicara atau sekedar mengurangi sikp cueknya itu.
Setelah 2 hari yang lalu kang Hasby mengunjunginya, Gus Ibad tak lagi mengajaknya untuk mengunjungi Neng Khoiriyyah. Padahal hatinya selalu cemas dan penuh harap mennti kedatangan kang Hasbi.
"Dek, ada apa tho? kamu ndak suka perjodohan itu??" tiba" gus Ibad menggugah lamunannya. "ndak ada apa2 kak, hanya kecapekan di Pesantren mungkin!. Neng Khairiyyah menjawabnya singkat.
"Jangan terlalu mengorbankan drimu. untuk ngopeni santri", lihat Kondisimu jadi kyak begini. kan aku juga nduk yang ndak enak sama sampeyan."
Neng Khoiroyyh sebenarnya ingin melupkn sgla kesah yang melanda dirinya. Gus Ibad ndak taw kalo neng khoiriyyah dan kang Hasby saling mencintai. Meskipun ia dekat dgan kakak sepupunya ini, begitu juga kang hasby. mereka berdua sangat dekat. "tapi tak tawlah rasanya kisah cinta ini tidak harus diungkapkan pada siapapun. bagaimana mungkin aku mengungkapkan pada siapapun jika kang hasby saja juga diam, bahkan Ibuku hanya tw tentang ku dengan kang Hasby tak bnyak. Aku hanya bercerita bhwa dia teman yang baik dan inspiratif. Neng Khairiyyah terus menggumam dalam hati, dan hanya dia dan Tuhan yang mendengar.
"Gus, Kenapa kok kesininya sendirian, kenapa ndk ngajak kang santri untuk nyupirin smpeyan?"
"Loh, tumben adek, smpyan perhatian sedetil itu, ada yang dikangenin tho??? Gus Ibad menjwab dgan menggoda. hari ini neng Khoiriyyah boleh pulang dan Gus Ibad menjemputnya.
"Aku hanya ingin berdua dengnmu dek, aku taw kamu menyembunyikan sesuatu dan stelah ini aku akan mengantarmu ke Rumah dan menginap semalam, aku sudap pasrahkan Jamaah Istighotsah Kubro kepda Kang Hasby, Abah juga mengizinkanQ untuk menemanimu." Gus Ibad menggumam panjang.
Neng Khoiriyyah pun hampir terjerembab ketika mendengar Nama kang Hasby kekasihnya itu di sebut kakaknya.
"Sampai segitunya sampyan kak, saya loh ndak papa, saya juga ndak menyembunyikan apapun. Hanya saja...."
Neng Khairiyyah tak lagi melanjutkan ucapannya ia tak taw jadinya jika nnti ia terus berbohong. Kakak sepupunya itu, terlalu sulit untuk dibohongi. selama ini neng Khairiyyah tak pernah berbohong padanya, ia hanya diam. diam tentang Kang Hasbi dan dirinya.
Ya sudahlah, Neng Khairiyyah telah pasrah apa nanti yang akan ditanyakan kakaknya kepadanya. pasrah. Ia hanya berharap Putra kyai Asnawi tidak mencintainya dan tidak mw dijodohkan dengannya. Dengan begitu ia tak perlu menyakiti Abah, Ibu serta Kyai Asnawi dan keluarganya.
ini harapan dan doa. Karena setelah neng Khairiyyah Opname d Rumah Sakit Abah dan Ibu tqk membincangkan perjodohan itu lagi. Ia pun berfikir bahwa perjodohan itu dibtalkan.

Part 5*
Langkah kang Hasby guntai, pikirannya melayang ndak karuan. Bagaimana tidak, kisah cintanya hendak merenggut nyawanya sendiri. Neng Khairiyyah kekasihnya itu akan dilamar orang, namun dia tak bisa berbuat apa-apa. Tidak taw sperti ada Pagar yang sngat tinggi menghalangi jalannya untuk memperjuangkan cintanya. Kang Hasbi ndak akan mengira sama sekali jika nengnya itu secepat ini dilamar. Jika aku melamar neng Khairiyyah secepatnya, apa itu mungkin? Sedangkan Keluarga kyai Asnawi sudah membuat perjanjian. Perjodohan itu seperti sudah lama direncanakan, duh Rabbi...Apa yang harus aku lakukan? Ihdina ya Rabbi. Batin kang Hasby menngerutu tak karuan. Kang Hasby tak tau apa yang hrus dilkukan. Apkh meminta neng Khairiyyah untuk menolak Lamaran dari kyai Asnawi dan ia akan maju, ataukah ia yang akan dtang lebih cepat sblum kelurga Kyai Asnawi. Benar-benar buntu, masing2 pilihan beresiko tinggi.
"Kang Hasby, dipanggil ke Ndalem njngan" , teman santri menyampaikan pesan dari Ndalem.
"Nggeh kang, Maturnuwun." Kang Hasby memang sangat dekat dengan gus Ibad. Karena mreka dulu adalah teman seangkatan di Pasca Sarjana tempat kuliahnya dulu. Kang Hasby memutuskan mengabdi d Pesantren untuk lebih mendalalami ilmu Tashawwuf dan Memperdalam khazanah kitab klasiknya terlebih ushul fikih dan Khususnya Tafsir dn Hadis.
Begitulah Kang Hasbi, dia ndak maw tinggal di kantor bersama para Asatidz pesantren. Ia hanya hendak mengabdi secara lahir dan batin. Baginya tinggal bersama para Asatidz pesantren akan membuat pengabdiannya tak totalitas karena akan terjadi kesenjangan antra dirinya dengan teman" santri.
" Pripun Gus,??" kang Hasbi mengawali percakapannya dgan gus Ibad.
"Bagaimana kabarnya kang? Saya ndak ngelihat smpyan di Koperasi dua hari ini. Kata teman2 santri smpyan sakit, apa benar begitu?"
"Alhmdulilllah baik Gus, Qlo baik" saja. Hanya ingin istirahat dan fokus sebentar gus. Merampungkan penelitian yang saya ajukan Ke Monash University di Australia." jawab kang Hasby tak jujur.
"Syukurlah kang, saya mw minta tolong smpeyn untuk ngurusin Jamaah istighotsah Kubro malam ini, Tolong gantikan saya sperti biasanya, saya hrus ke Rumah sakit, dek Khairiyyah sudah boleh pulang ke Rumah dan ada urusan penting, jadi malam ini saya nginap disana. Sampeyan kan sudah biasa nemenin saya mimpin jamaah pasti sudah terbiasa, ndak boleh nolak. Sampeyn juga akan pulang dan mimpin jamaah ithung" Latihan. Hehhehehe"
"Nggeh Gus, Insy Allah, kok ndak Abah mawon yang ngimamin mangke?" kang Hasbi sdikit mencoba penawaran berharap gus Ibad membatalkan perintahnya.
"Mboten, Abah nanti akan menghadiri Silatnas Alim Ulama di Sarang, jadi sampyan saja."
Kang Hasbi pasrah, Gus Ibad nylonong mengeluarkan Mobil dari garasi dan menghilang dari pandangan.
Waduh, Gus Ibad akan bermalam di Rumah neng Khairiyyah. Pasti ada hal yang sangat penting, apalgi sampai meninggalkan jamaah Istighotsah Kubro, Gus Ibad ndak biasanya seperti itu bahkan ketika sedang sakitpun dia akan tetap tak libur untuk mimpin Istighotsah. Kang Hasbi bertanya2 mungkinkah malam ini Kyai Asnawi akan datang melamar neng Khairiyyah untuk putranya itu. Benarkah malam ini juga sang kekasihnya akan menjadi milik orang lain dan dia tidak berbuat apapun. Kang Hasbi berlari menuju Masjid pesantren dn mengambil air wudlu. Ia akan memohon petunjuk Allah dengan sholat hajat. Dia harus memutuskan dan dia hrus mencoba untuk mempertahankan neng Khairiyyah.Dia tahu bhwa neng Khairiyyah juga sangat mencintai kang hasbi, dan kang hasbi juga tlah berjnji untuk selalu membahagiakan neng Khairiyyah. Hanya saja, Kang Hasbi belum merasa tepat waktu jika harus terburu2 melamar neng Khairiyyah. Ia belum siap pulang, dia belum siap mental untuk mengabdi kepada masyarakat di Kampung Halamannya. Sehingga kang Hasbi memilih diam dan menundanya untuk menunggu waktu yang tepat.
Meski Abah kang Hasbi terus membujuknya agar ia segera melamar neng Khairiyyah. Namun kang Hasbi ndak punya mental untuk itu. Dia memikirkan konsekuensi kedepnny, dn dia belum siap untuk menerima konsekuensinya itu.
Biarlah kang Hasbi khusyuk dalam Ruku' dn Sujudnya. Cinta itu menghantarkan kedekatannya dengan Sang Maha Kuasa. Kang Hasbi terus melantunkan Istighar dan Sholawat dengan harapan Tuhan membukakan jalannya di detik" terakhirnya ini.
Part 6*
Gus Ibad mengemudi mobilnya dengan sesekali melirik pada neng Khairiyyah, ia merasa iba untuk mulai menghantam adiknya dengan berbagai pertanyaan.Meski sebenarnya ia menumpuk berbagai pertanyaan didalam kepalanya, dan serasa hendak memuntahkannya saat ini juga.
Mobil Gus ibad memasuki halaman ndalem Kyai Tohari, dan ia memarkirnya tepat di depan ndalem. Kyai Tohari tampak duduk diberanda depan dengan membuka kitab Tafsir Al Munir karya Syaikh Nawawi Al Bantani, ketika mendengar suara sirine mobil beliau mendongakkan kepalanya dan membenarkan letak kaca matanya. Ketika beliau tahu bahwa yang datang adalah putrinya beliau sgera menutup kitabnya untuk menyambut putrinya.
"Alhamdulillah...Bagaimana Nduk kondisimu apa sudah baikan??"
"Sudah bah, Khairiyyah sudah benar2 enakan."
"Ya sudah, kamu istirahat dulu ndak usah ngisi pengajian di Asrama putri dulu, Ayo Gus Ibad smeyan juga hrus istirahat, nant sja tugasnya ditunaikan."
"Geh Paklek, maturnwun Bulek ada?"
"Iya ada, ayo silahkan masuk."
Pukul 20.00 setelah sholat Isya' dan dzikrul Ghofilin. Gus Ibad dan Kyai Thohari sedng asyik mendiskusikn tntang neng khairyyah. Pembcraan kali ini terkesan sangat serius, karena tidak terdengar adany humor2 segar di sela2 pembicaraan mreka.
"Sebenarnya apa yang dibicrakan Abah dan Gus ibad, kenapa mereka sangat serius sekali dan berbicara bgitu sangat pelan terkesan tkut terdengar yang lain."
Neng khairiyyah bertanya2 dlm dirinya meski ia tak kunjung mnemukan jawabanya.
Neng Khairiyyah memutuskan untuk menenangkan dirinya dengan membaca dan mengulang hafalannya. Ia. Asyik masyuk mentadabburi ayat2 suci Alquran yang dibacanya, sebentar melupakan kang Hasbinya itu.
"Nduk, ayo makan dulu ibu sudah siapkan makanan kesukaanmu." terdengar ibu memanggil dri ruang tengah. Neng khairiyya menuntaskn bacaannya dan mnutup Alqurannya.
"Ngeh. ibuk masak apa maaf ngeh tdi khairiyyah ndak bntu."
"Ibu masak terong balado kesukaanmu, makan yang bnyak tenaganya biar pulih."
"Ngeh bu, Maturnuwun."
Gus Ibad dan kyai Thohari juga ikut bergabung dlm meja makan, ssambil menyimpan berbagai rahasia yang entah neng Khairiyah juga tak maw tau.
Suasana meja makan hening hanya sesekali kyai Tohari mnawarkan beberapa lauk kepda gus Ibad. Neng khairiyyah juga tak selera mnikmati terong balado bikinan ibu, kali ini. Dan rasanya baru pertama kali ia tak bisa mnikmati terong balado bikinan ibu.
---------
"Dek, jangan diam bgitu!" Gus Ibad memulai pembicaraan.
"Sampyan kenapa kok sampy repot2 ninggalin pesantren, biasany sampyn sulit sekali klo hrus ninggalin Istighotsah."
"Dek, sampyn itu sudah aq anggap adik kandung kakkmu ini, jika terjadi sesuatu pdamu sudah mnjadi kewajibnku untuk melindungimu , sebelum kamu menjadi pengantin baru hehe..."
"Loh..emangnya saya kenapa tho??
" Dek... Aq tau bahwa sesungguhnya smpyan sdah siap untuk menikah. Jadi perjodohan ini sudah saatnya diketahui olehmu. Kmaren kyai Asnawi sudah dtang ke ndalem e smpyan. Dia juga sudah melamarmu, meski paklek sbnarnya tw jika kamu merasa keberatan. Tapi Perjodohan ini sudah direncanakan. Tentu Abah ndak enak kalo hrus mengkhianati kyai Asnawi. Smpyn Gimn?"
seketika air mata membasahi pipi neng Khairiyyah ia tak sanggup mengatakan yang sebenarnya. Ia iuga tak sanggup menerima perjodohan itu. Dia hanya mengatakan "Kak Aku takut..." ssambil mmenahan sesaknya dada.
Gus ibad pun mulai memahami bahwa sebenarnya adeknya telah mencintai seseorang. Kini ia harus mendamaikan keadaan untuk lebih memahami kondisi adiknya dan kepada siapa adiknya itu telah jatuh cinta?
Itulah pertanyaan terbesarnya dan akankah perjodohan ini akan mendatangkan kesedihan yang mendalam untuk adiknya.
Part 7*
Gus Ibad berjanji pada kyai Thohari bhwa ia akan menyelesaikan permasalahan ini.
"saya pamit pulang dulu paklek, dek khoiriyyah ndak usah blik dlu ke Pesantren, saya lusa insh Allah akan k sni lagi semoga dek khaoiriyyah aman."
kyai Thohari hanya mengangguk dan menatap tajam kepada keponakannya itu. Beliau telah menaruh kepercayaan kepada gus Ibad. Ibu neng Khairiyyah dan Abahnya ndak tega jika hrus menghadapi neng Khairiyyah dlam kondisi sperti ini. Mengingat, neng Khoiriyyah adalah anak semata wayangnya.
 --------
Kang Hasby blum juga mnemukan jawaban dari Sholat Hajatnya. Kini kang Hasbi hanya bisa pasrah dan menunggu kabar. Ia ingin sekali menanyakan kabar neng khoiriyyah kekasihnya, setelah perjumpaannya di Rumah sakit di ruang ICU ia belum menghubunginya lagi. Memang selama ini mereka juga sanhat jarang sekali berkomunikasi, sesekali jika kang Hasby diberikan kesempatan untuk bertemu neng Khoiriyyah. di Pesantren Gus Ibad ini pengurus putra dan putri memang saling bekerjasama dan seringkali gus ibad menemani pengurus lain untuk menemui neng Khoiriyyah di Kantor Pusat. Sesekali, dan itu sangat jarang sekali.
Dengan oerasaan penuh cemas dan harap kang hasbi mengirimkan pesan kepada neng Khoiriyah. "Asslmualykum, wahai pelipur lara. Masa hanya terasa hampa, jiwa menjadi papa hanya karena tak bersua denga separuh jiwanya.
bagaimna kabarnya dinda?, Apakah dinda sehat?"
Sebenarnya ia ragu mengirimkan pesannya setelah membaca basmalah dan mencoba menenangkan pikiran, kang Hasby akhirnya mengirimlan pesannya pada neng Khoiriyyah. Kali ini perasaannya tak karuan. Ia takut kekasihnya tak membalasnya atau membalas tapi membawa kabar yang entah.. tak sangggup ia bayangkan.
beberapa detik, menit bahkan 1 jam kang Hasby tak mendapatkan jawaban dari neng Khoiriyyah. ia semakin cemas, dadanya sesak dan ia langsung menyambar kitab Irsyadul Ibad yang ada disampingnya, ia menggigit kitab itu untuk menumpahkan segala keperihannya. Kang Hasby terlalu payah, ia tak bangkit justru malah hanya diam menunggu pesan dengan perasaan yang tak karuan. ia Kang Hasby ini payah.
Teman2 santri sekamarnya mulai melihat ketidak wajaran dlam diri kang Hasby, tentu saja semua bertanya2 kang Hasby kok terus tidur miring diatas sajadah dengan mengenggam kitab terkadang berganti Alquran. sesekali kang Hasby membuka laptop. hnya itu ia di Kamar juga diam, kang dantri juga sungkan mw kepo, karena mereka juga taw bahwa kang Hasby ndak akan angkat bicara.
kang Hasby mendapat telvon dari ayahnya bhwa ia harus pulang. ketua pesantren di pondoknya telah menikah dan dalam beberapa hari kondisi pesantrennya harus stabil dibawah kendali kang Hasby. Ia menolak permimtaan ayahnya, karena jika ia di rumah tentu fikirannya juga ndak akan fokus untuk memegang pesantren meaki beberapa hari. "Abah langsung dipilih saja kang2 santri yang dirasa abah cocok, Hasby masih belym bisa, tanggungan di sini juga banyak abah."
"Ya sudah, Kali ini abah akan terima kamu menolak, besok lagi sudah tidak ada penawaran. Kamu harus pulang dan berani belajar menghadapi apa yang telah abah dan ibu perjuangkan." 
Angin di malam ini begitu menusuk, hembusannya seakan hanya membawa kabar buruk. Setiap Kang Hasby menghirupnya untuk bernafas semakin sesak dadanya. Seakan Angin yang menghampirinya adalah angin yang telah dihembuskan neng Khairiyyah. Kang Hasby merasa lemah tak berdaya, ia bermain teka teki sendiri tanpa memahami apakah ia hrus memainkannya mendatar atau menurun. "Jika Majnun saja rela menggila demi Laila, Maka aku Ikhlas menggila cintaQ ini demi neng Khairiyyah karena Engkau ya RabbQ, bukankah Engkau sendri yang menaruh hatinya untukku, maka Engkau sendri yang akan menuntun JalanQ menujunya, yang hakikatnya Jalan-Mu." Kang Hasby menulis doanya dalam sampul kitabnya. "sudah saatnya aku bicara, aku akan bertanya pada gus Ibad, apa sebenarnya yang terjadi? biar besok kutanyakan, Bismillaahitawakkaltu 'alallah..". kang Hasbi menutup pembicaraannya dalam hati.
_________
Kang Hasby sebenarnya mendapatkan sebuah keyakinan yang mantab, setelah ia tak sengaja mendengar kang2 santri lalaran Nadzom 'Imrithi di Aula pesantren. Bait itu berbunyi:
اذ الفتي حسب اعتقاده رفع #وكل من لم يعتقد لم ينتفع
 Kang Hasby merasa sangat tersindir dengan nadzam yang ditulis oleh Syaikh Syarafuddin Yahya al-Imrithy...
""AstagAstaghfiral'adzim....Astaghfirullahhal'adzim.." kang Hasby terus melantunkan istighfarnya, Ia baru menyadari bahwa ia tidak menentukan pilihan ataupun mengambil keputusan dri masalahnya, kini kang Hasby telah memutuskan untuk melamar neng Khairiyyah, tetapi jika neng Khairiyyah menerima lamaran dari Kyai Asnawi bagaimana?? bukankah itu dilarang, melamar seseorang dalam kondisi seperti ini, ia teringat Hadis Rasul yang diriwayatkan Abu Hurairah R.A bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
لَا يَخْطُبُ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ وَلَا يَسُومُ عَلَى سَوْمِ أَخِيهِ
"Janganlah meminang wanita yang telah dipinang saudaranya, dan janganlah menawar barang yang telah ditawar saudaranya “ ( HR Muslim, no : 2519 )
"Ya Allah... yang terpenting aku akan bicara dulu kepada Gus Ibad, semoga ia bisa memberikan solusi, semoga ia tak marah, semoga ia juga tak kesal atas apa yang kulakukan kepada neng Khairiyyah." Kang Hasby terus mentasbihkan doa-doanya.
--------------
"Waalykumslam, Alhamdulilah dinda sehat. Kang Hasby, apakah kau kan membiarkan jiwamu terus papa. kau hrus tw jika dinda d sini telah lemah tak berdaya karena Abah telah menerima Lamaran dari Kyai Asnawi tanpa persetujuanku, lakukan seduatu kang, dinda hanya bisa berdoa disini."
kang Hasbi terus berulang kali membaca pesan dari neng khairiyyah, sampai ia tak menyadari sudah keberapa ia nembacanya. Ia berjalan dengan langkah pasti dan penuh keyakinan untuk menemui Gus Ibad, biasanya kalo kang2 aantri sdang Musyawarah sperti ini gus Ibad ada diserambi ndalem dan berarti dia bisa di ganggu. "gus, tasek nopo?? mbten kerso ngopi??" Kang Hasbi menepuk gus Ibad dgan pelan. "Eh.. kang Hasbi, ayo kang, sudah lama ndak ngopi kita, ayo.., hari ini ndak ada jadwal ngaji kok." Gus Ibad menjawab ajakan kang Hasby seraya berdiru dan meletakkan kitab di Almari.
kang Hasby sudah mempersiapkan mentalnya kali ini, ia akan berbicara apa adanya pada gus sekligus temanny itu. "Aku sudah yakin" gumamnya lirih sambil nyetir motor beat dan membonceng gus Ibad menuju Warung kopi langganan mereka. "Loh, kang Hasby dmpyn ndak lagi jadi musyawirnya teman2?" tiba2 gus Ibad menepuk keras bahu kang hasby, "mboten gus sekarang kan malam selasa." teman2 musyawirin klo selasa kan belajar seni". "oh iya malam selasa, kang Hasby ndak ahli nyeni, eh ahli sih nyeni godain mbak2 santri." Canda Gus Ibad, meski canda itu tak mampu meredam getaran hati kang Hasby, ia akan berterus terang pada gus Ibad dan itu bukanlah hal yang mudah. Karena selama ini Kang Hasby terus berusaha menutupinya dri gus Ibad. Semoga Gus Ibad tak mematahkan harapannya.
"Gus,... sebenarnya saya ingin ...." kang Hasby tak lagi mampu melanjutkan kalimatnya. ia seakan tersedak, sehingga kalimatnya terpenggal tak mampu ia ungkapkan.
"Pripun kang, ada apa?, sudah santai aja, ndak biasanya sampai begini, ayo ceritakan saja ada apa?".
Gus Ibad melontarkan pertanyaan dan terus mendesak kang Hasby.
"Gus, saya sblumnya ingin meminta maaf apabila nanti apa yang saya katakan tidak njngan terima dengan sepenuh hati, tapi saya sudah tidak tw gus hrus bagaimana lagi".
"Ada apa tho kang?? kok sepertinya serius sekali?? saya ndak akan marah, pernah tho smpyan lihat sya marah? Heh!". Tegas Gus Ibad dengan rasa penasaran.
"begini gus, sebenarnya saya dan adik sepupu sampyan..."
Kang Hasby tak melanjutkan kalimatnya lagi, ternyata mengungkapkannya begitu berat tak semudah ia bayangkan. padahal ia juga sudah berulang kali menghafal kalimatnya selama perjalanan. "Ada apa kang?? adek sepupuku siapa? apa maksudmu? kenapa smpyan bkin saya jadi penasaran dan bingung, ayo katakan!" wajah gus Ibad berubah serius dan begitu seksama menanggapi pernyataan kang Hasby.
"Gus, tolong njngan jangan marah, kqmi telah merahasiakannya sejak lama karwna suatu alasan. dan saya rasa sekaranglah waktunya, saya mencintai neng Khairiyyah, begitu juga nemg Khairiyyah kepada saya gus, gus tolong maafkan saya". kang Hasbi tak tahan menahan air matanya yang terus berdesakan dimatanya. Ia meneteskan Airmata sambil menahan gejolak hatinya menunggu ekspresi Gus Ibad. sekian detik, menit. Gus Ibad hanya menatapnya tajam, tak bergeming. Kang Hasby tentu sangat tidak nyaman dengan tatapan gus Ibad. kang Haby hanya menundukkan kepalanya ke Lantai sambil memainkan Handphonenya. Tiba" Gus Ibad mengambil HP kang Hasby dari tangannya. "Maafkan aku kang, tapi aku rasa ini perlu." kang Haaby hanya terdiam ia pasrahkan semuanya pada Allah, ini keputusannya, ia hanya yakin gus Ibad bisa menjadi jalannya. Hanya itu. Kang Hasby jelas melihat bahwa gus Ibad membaca percakapannya dengan Neng Khairiyyah, sambil mengembalikan Handphonenya kepada kang Hasby, gus Ibad berkata "Kamu telat kang, tapi belum terlambat, satu hal yang ingin kukatakan kamu begitu Lemah, kelemahanmu memberikan dampak yang buruk bagi adekQ dan aq kecewa padamu, tak sepantasnya smpyan beraikp seperti itu. Kamu harus Tegas, Sampyan itu lelaki, Sudahlah... ayo pulang, sudah Larut, nanti abah mencari, kau harus banyak berdoa demi kebaikan kalian berdua, setelah ini ndak usah pulang, di Pesantren saja, entah berjodoh dengan adekQ atau tidak."
"Gus, apa yang seharusnya saya lakukan??"
"Berdoa saja, dek Khairiyyah juga sudah dilamar, smpyan bisa apa? lha wong juga ndak boleh tho melamar dalam lamaran orang lain."
gus Ibad terus mengirimkan kalimatnya kepada kang Hasby.
kini, kang hasby sangat lega, meski ia sebenarnya akan dihadapkan pada dilematis yang luar biasa. Dia hanya bisa menitipkan cintanya pada Angin, dan Berharap ia tak menyapunya dalam lembaran2 kitab cintanya yang mulai lusuh. Lusuh karena ia yakini ia tak merawatnya dengan baik, ia merasa selama ini hanya mempermainkan neng Khairiyyah dengan egonya. Tak sepantasnya wanita sepertinya mendapatkan perlakuan semacam ini. Dia sangat mengutuk dirinya, meski pa yang ia perbuat memliki alasan, namun alasananya itu sesungguhnya tak dapat di terima kali ini.
Sudahlah Kang Hasby, seharusnya ia tak lagi mengutuk dirinya. Ia harus bangkit, bukqn diam seperti gus Ibad katakan. Dia harus putuskan, katakan pada putra kyai Asnawi bahwa neng Khairiyyah tak mencintainya. Dia tak perlu meminta persetujuan neng Khairiyyah atau lainnya, bukankah neng Khairiyyah telah memasrahkan kepadanya. SeMoga kang Hasby Bangkit, tak lagi diam.
Semoga...Semoga.... Semoga kang Hasby tak larut dalam ke Tawadlu'annya pada gus Ibad. Semoga jiwa Tawadlu'nya memberikan dia kekuatan. Bukan menjadikan di lemah. karena Tawadlu' berada diantara dua posisi yaitu Mulia dan Putus asa. Semoga Kang Hasby tak memilih putus asa yang ia sebut Tawakkal. Sangat mengerikan jika kang Hasby menganggap dirinya Tawakkal yang pada Hakikatnya ia berputus asa. Sudah, Kang Hasby bangunlah..
@Shofia El Mizan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah -Tulis-Inspiratif